mau lihat laporan RMIB?
klik disini
Rabu, 25 April 2012
Rabu, 18 April 2012
Resensi buku "Titik Ba"
Meresensi buku “Titik Ba”
Biografi
Judul : Titik ba
Paradigma revolusioner dalam kehidupan dan
pembelajaran
Pengarang : Ahmad Thoha Faz
Penerbit : PT.Mizan Pustaka
Tempat terbit : Bandung
Cetakan ke : 1
Tahun terbit : 2007
Tebal buku : 464 Halaman
BAB 1. Siapa Mengenal Dirinya, Dia Mengenal Tuhannya
Alam Semesta Bagian Dari Saya?
Jagat raya (universum) terbentang mahaluas. Maka,
siapapun yang menganggap diri semata-mata bagian darinya, akan terombang-ambing
di atas pentas kosmik. Sesungguhnya diri kita adalah pusat jagat raya
masing-masing. Memulai dari sistem keseluruhan yang mahaluas justru berarti
memulai dari diri sendiri.
Peta dan Kalender Alam Semesta
Bumi
yang begitu besar ternyata merupakan bagian sangat-sangat kecil dari tata surya
dan galaksi kita, Bima Sakti. Menurut perhitungan terakhir, terdapat 300 miliar
galaksi lain. Galaksi terdekat adalah Andromeda yang jaraknya kira-kira dua
juta tahun cahaya dari Bumi. Alam semesta diperkirakan berusia 18 miliar tahun.
Posisi Diri di Pentas Alam
Semesta
Mengalihkan pandangan dari alam semesta ke dalam diri,
segera kita sadari bahwa hidup di dunia tak lebih lama daripada sehela napas.
Kesadaran kita yang paling dalam dan paling jernih sama sekali tidak dapat
menerima jika kita “benar-benar dapat
tiada” ketika kita meninggal. Dalam kehidupannya di dunia, kita serupa dengan
keadaan bayi yang yang belum dilahirkan atau telur yang belum menetas.
Mungkinkah Memulai Perubahan
dari Alam Semesta sebagai Satu Keutuhan?
Kita tidak mungkin memulai pada pikiran dari alam semesta
sebagai satu-kesatuan yang utuh, sebab alam semesta terlampau luas dan pelik
dalam jangkauan indriawi. Karena itu, kita tidak memulai bernalar dari alam
semesta, tetapi dari diri sebagai satu-kesatuan yang utuh. “ Dari pusat diri
jiwa bergerak ke luar,” kata Carl Gustav Jung, “sebagai bentuk pengembangan
dirinya, menuju alam fisik.”
Realitas sebagai Hasil
Kespakatan
Setiap saat kita berinteraksi dengan realitas, tapi tidak
pernah tahu apa itu sesungguhnya. Sepanjang hidup kita umunya bahkan hanya
mengalami realitas, tanpa menyadari dan memikirkannnya. Akibatnya, pengalaman
tidak menimbulkan pemahaman. Sebaliknya, bagi pemerhati realitas, kita pun
tidak pernah memahami dunia apa adanya, melainkan bergantung bagaimana kita
adanya atau bagaimana kita dikondisikan untuk melihatnya.
Kesimpulan Aneh Fisika Modern
Mekanika kuantum yang disebut-sebut paradigma paling
sahih dan prediksinya terbukti paling akurat sepanjang sejarah, meragukan
dengan serius adanya realitas eksternal yang tak dipengaruhi oleh kesadaran si
pengamat. Keputusan-keputusan sadar (subjek) sacara nyata punya efek terhadap
materi (objek) sehingga subjek dan objek tidak dapat dibedakan secara tegas.
Mana yang Lebih Hakiki: Materi
atau Kesadaran?
Kaum materialisme yang berangkat dari materi
mengedepankan materi. Sebaliknya, kaum
spiritualisme yang berangkat dari kesadaran mengedepankan kesadaran.
Kesadaran tidak dapat dideskripsikan maupun didefinisikan. Sebab, meskipun
fenomena yang dilihat sama, informasi yang diperoleh berbeda bagi setiap
indivdu.
Kita adalah Pusat Jagat Raya
Kita
Realitas di luar boleh berjuta macam, tapi kita bebas
menentukan realitas mana yang menjadi pusat perhatian dan makna apa yang kita
diberikan. Jika diri kita mati, dunia yang kita ciptakan pun ikut berakhir.
Menurut spiritualisme, pusat alam semesta adalah si pengamat itu sendiri,
sedangkan pusat alam semesta menurut materialisme tidaklah penting untuk
diketahui.
Kita Selalu Dapat Berperan di
Pentas Jagat Raya Kita
Kita tidak dapat mengubah siapa pun kecuali diri kita.
Anda dapat memilih tindakan, namun tak dapat memilih akibat-akibatnya. Sebagian
besar anggota tubuh kita sendiri pun tidak terpengaruh sedikit pun oleh
keputusan kita. Orang yang tahu diri secara aktif menanggapi dunia. Sebaliknya,
orang tidak tahu diri berharap dunia menanggapi dirinya. Bagi yang tahu diri
selalu terdapat pilihan yang layak pada setiap masalah: (1) mengubah apa yang
dapat diubah, (2) menerima apa yang tidak dapat diubah, dan (3) memindahkan
diri dari hal-hal yang tidak dapat kita terima.
Membangun Keutuhan Kesadaran
Ketika muncul ke dunia, setiap manusia mengalami
penderitaan dengan beragam bentuknya: kesakitan, kekecewaan, keresahan,
ketidakpahaman, dan lain-lain. Semua itu berakar pada kesadaran yang sempit
sehingga kita melihat realitas secara sempit dan tersekat-sekat. Bila kesadaran
diperluas, kita pun merasa lebih bebas dari impitan masalah.
Kesadaran, Perspektif Psikologi
Perspektif psikoanalisis menganggap manusia sebagai
korban tak berdaya dari pengalaman masa lalunya. Guna membebaskan manusia, dari
belenggu masa lalu maupun pengaruh lingkungan sehingga bertanggung jawab dengan
hidupnya, kita harus percaya kehendak bebas. Tidak ada seorang pun dapat
menyakiti kita tanpa persetujuan kita.
Secara fisik mungkin, tapi hati tidak. Tidak ada perubahan apa pun dalam
diri seseorang tanpa persetujuan hatinya.
Pertumbuhan Kesadaran
Sebagai manusia kita berpeluang terus tumbuh sampai mati.
Makna tumbuh yang dimaksud tentu saja tidak dalam arti biologis, tapi bertumbuh
dalam hakikat diri manusia atau bertumbuh dalam pengetahuan, kebijaksanaan,
kebesaran jiwa, kematangan pribadi, kepercayaan diri, dan lain-lain.
Perluasan Kesadaran “Jalur
Kiri” dan “Jalur Kanan”
Guna meluaskan kesadaran, man of wisdom menempuh jalan meditasi dan hidup suci, sementara man of reason dengan observasi dan
eksperimentasi. Penggunaan istilah dua jalur peluasan kesadaran (kiri dan
kanan) dipinjam dari model dua belahan otak. Dalam terminologi kalangan
pesantren, “kiri” adalah pendekatan rasional argumentatif, sedangkan “kanan”
yaitu pemahaman yang bertumpu pada pengalaman batin dan intuisi.
Penjelajahan Kesadaran Sampai
ke Ujung
Secara neurologis, kemampuan intuitif kita justru akan
berkembang optimal apabila jalan berpikir rasional ditempuh hingga ke ujung,
bahkan sampai mengalami jalan buntu. Apabila sunguh-sungguh berpikir, kita
pasti akan dikejutkan oleh pemahaman yang bersifat paradoksal (menentang
pikiran lazim) yang membuat kita bingung. Kebingungan itu terjadi ketika
kesadaran kita menabrak batas.
Kekeliruan Hawking
Hakikat pengetahuan manusia yang senantiasa relatif,
membuatnya bisa berbelok ke tempat lain. Mari, kita cermati kedua jalur
penjelajahan kesadaran. Cara pertama, “jalur
kiri”, memeriksa secara teliti dan sistematis – lebih teliti dan lebih
sistematis lagi – tentang aspek-aspek ilusi. Kita belajar mengetahui lewat
manipulasi simbol. Cara kedua,
meninggalkan ilusi dan menajamkan pandangan hati. Ketidaktahuan kita tak
berhingga dan mata hati adalah perlengkapan untuk menghadapinya. Disini dididik
untuk menyaksikan kebenaran tanpa harus menciptakan simbol-simbol lebih dulu.
Peluasan Kesadaran secara
Simultan
Pada umumnya, kita memiliki kekayaan ekstrem yang
mengendap dalam alam pikiran tidak sadar bahwa hanya pemikiran yang
terorganisasi secara analitis-rasional (persis dengan cara mesin mengolah data)
yang layak digunakan untuk belajar. Maka, manusia modern tidak hanya
menciptakan mesin, bahkan tak jarang lalu latah dengan menyesuaikan otaknya
bekerja mengikuti cara pikir mesin.
Bangunlah Alam Semesta di dalam
Dada!
Bila ruang dada atau pikiran terasa sempit, yakni
kesadaran makna tidak cukup luas, masalah kecil pun terlihat lebih besar.
Sebaliknya, bila dada kita cukup luas, masalah besar pun akan ditampung dan
ditangani dengan kepala dingin. Terdapat dua cara penyelesaian masalah. Pertama, subjek yang diubah dengan cara
(1) memperluas atau memperdalam kesadaran dan (2) mengubah sudut pandang atau
prasangka. Kedua, objek yang diubah
oleh kekuatan dari luar. Misalnya, materi ujian dipermudah oleh dosen sehingga
kita mudah mengerjakannnya.
Di Sini Adalah Timur, di Sini
Adalah Barat
Dulu, dikatakan Barat di sini dan Timur di sana pada arah
yang berlawanan. Sekarang, di sini bisa dikatakan Barat dan juga dapat disebut
Timur. Mereka yang sudah terbuka dengan paradigma baru itu menyadari bahwa
tatkala sains masih meraba-raba dalam kegelapan, spiritualitas telah menyelami
kebenaran. Sains mungkin tidak membutuhkan mistisisme. Dan, mistisisme pun
mungkin tidak membutuhkan sains. Namun, manusia seutuhnya membutuhkan keduanya.
Spiritualitas dan Agama Sipil
Banyak orang yang tak beragama memiliki kualitas spiritualitas
sangat tinggi, memiliki pengalaman keagamaan lebih banyak berada di luar
batas-batas arus utama keagamaan daripada orang-orang yang mengaku beragama.
Tidak sedikit pula orang melakukan praktik-praktik pencerahan spiritual, namun tidak
mengenal agama yang menjadi pangkalnya. Mungkin saja kita tidak beragama secara
formal, tapi tidak mungkin kita kehilangan spiritualitas. Agama sipil adalah
keberadan tuhan, kehidupan sesudah kematian, pahala bagi kabajikan dan
sebaliknya hukuman atas kejahatan, dan sikap toleransi beragam.
Tidur dan Mimpi
Tidur umumnya dianggap tidak penting. Padahal tidur untuk
memulihkan, meremajakan, dan memberi energi tubuh dan otak. Bahkan konsolidasi
informasi yang terpecah-pecah menjadi utuh terjadi ketika kita tidur, yakni
ketika otot beristirahat. Mimpi merupakan “fenomena kesadaran” yang didapat
saat kita tidur.
Mimpi sebagai Media Pembongkar
Kondisi Kejiwaan
Mimpi merupakan mekanisme kejiwaan seseorang yang
merupakan katup untuk mengutarakan pengalaman yang terpendam atau tidak
dimengertinya. Mimpi adalah fakta-fakta objektif; ia tidak menjawab
pengharapan-pengharapan kita dan kita tidak pula menciptakannya.
Mimpi sebagai Medium
Pembangkitan Kilasan Pemecahan
Bila bertemu dengan masalah, maka anda segera menggali
memori untuk mengetahui cara-cara efektif apasaja pada masa lalu dan
mengumpulkan informasi selengkap-lengkapnya. Pikiran beristirahat sejenak,
ketika proses sadar mengalami jalan buntu. Pada tahap itulah, tidur sebagai
medium pemunculan mimpi-mimpi dapat mengambil peran menentukan.
Isyarat Tidak Hanya diDapat
Melalui Mimpi
Orang yang punya firasat dapat mengenai sasaran dengan
panah pertama yang dilepaskan. Maka, dia tidak pernah berpaling pada
penafsiran, spekulasi, ataupun dugaan. Menurut sufi besar Al-Qusyairi, firasat
akan selalu benar bagi orang yang merendahkan pandangannnya dari keinginan hawa
nafsu, membiasakan wujud batin dan lahiriahnya selaras dengan tuntunan Nabi,
dan membiasakan diri makan yang halal saja.
Dunia, Mimpi yang Dinikmati
Bersama; Mimpi, Dunia yang Dinikmati Sendirian
Apa yang kita alami saat tidur sangat mirip dengan apa
yang dialami saat mati. Pangalaman yang dirasakan di saat bermimpi tidak jarang
sangat nyata, bahkan kadang lebih nyata daripada yang dialami di alam bukan
mimpi. Saat kita bermimpi, kita tidak tahu bahwa kita sedang bermimpi – kecuali
bagi mereka yang sedang memiliki kesadaran tinggi ketika itu. Hanya setelah
sadar, baru kita dapat mengenali mimpi sebagai mimpi. Apa yang kita alami saat
ini lebih dapat dipercaya daripada apa yang kita alami dalam mimpi. Sebab, apa
yang kita sebut hidup dalam kondisi bangun mungkin hanya suatu mimpi buruk yang
tidak biasa dan terus menerus. Orang yang tidak menyadari bahwa hidup ini hanya
sejenis mimpi berarati dia belum bangun. Sebaliknya, jika kita benar-benar
menyadari bahwa sekarang kita sedang bermimpi artinya kita terbangun.
Saya Bertindak dan Membuat
Perubahan, Maka Saya Ada
Seseorang tidak cukup memikirkan atau merasakan agamanya,
melainkan harus hidup di dalam agamanya sedapat mungkin. Jika tidak, agama
baginya tidak lebih dari sekedar fantasi atau filsafat kosong. Sebab, ujung
dari suatu keyakinan adalah tindakan; tanpa tindakan berarti kita tidak yakin.
Pemahaman sebelum bertindak jelas penting. Namun, tidak
sedikit pemahaman di dapat justru
setelah bertindak. Apa yang dapat diucapkan selalu lebih sedikit daripada apa
yang diketahui. Sebab, selalu ada sisi-sisi lain yang tidak bisa diajarkan di
bangku kelas, yang hanya bisa ditemukan sendiri dangan pengamalan dan
pengalaman. Tidak semua yang bisa dipelajari dapat diajarkan. Bahkan untuk
pemahaman-pemahaman terpenting, pada umumnya kita harus menemukannya sendiri
karena itu, lebih mudah mendapatkan inspirasi ketika kita bekerja menjalankan
gagasan daripada ketika berdiam diri.
Keutuhan Wacana-Aksi
Setelah resiko telah kita perhitungkan, selalu dituntut
untuk melakukan usaha. Hasil akhir yang bernilai namun belum pasti, selalu
memerlukan keberanian untuk memulai. Setelah tindakan pertama dimulai, apa yang
diperlukan selanjutnya adalah keuletan dan keteguhan hati untuk menerjang
gelombang-gelombang demi menuju tujuan.
Kelebihan dan Kekurangan Buku
Kelebihan
dari buku ini yaitu berisi informasi menarik tentang karakter manusia yang
sebenarnya, sehingga dapat menyadarkan kita akan kehidupan yang sesungguhnya.
Sedangkan kekurangannya yaitu pengolahan kata / bahasanya yang tidak mudah
untuk dimengerti, sehingga pembaca harus membaca secara perlahan dan berulang
agar memahami isi dari buku tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)